Pages - Menu

Jumat, 10 Januari 2014

komunikasi 2

komunikasi interpersonal sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan dua orang atau diantara kelompok kecil orang-orang dengan efek dan beberapa umpan balik seketika. Lebih lanjut Devito memberikan pendapatnya tentang pengertian komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication), dan membedakannya berdasarkan 3 (tiga) hal, yaitu; definisi erdasarkan komponen (Componential Definition), definisi berdasarkan hubungan (Relational "Diadic" Definition), dan definisi berdasarkan hubungan (Developmental Definition) .
a. (Componential Definition)
Definisi bedasarkan komponen menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, yaitu penyampaian pesan oleh salah satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
b. (Relational " Diadic" Definition)
Dalam definisi ini komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.
Dengan definisi ini hampir tidak mungkin ada komunikasi diadik (dua orang) yang
bukan komunikasi antar pribadi. Hampir tidak terhindarkan, selalu ada hubungan
tertentu antara dua orang yang saling berkomunikasi. Adakalanya definisi
hubungan diperluas sehingga mencakup juga sekelompok kecil orang, seperti
anggota keluarga atau kelompok-kelompok yang terdiri atas tiga atau empat orang.
c. (Developmental Definition) Dalam rancangan pengembangan (developmental), komunikasi antar pribadi dilihat sebagai akhir perkembangan dari komunikasi yang bersifat tidak pribadi (impersonal) pada suatu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain.
  Model pengolahan informasi komunikasi
                Model Pengolahan Informasi pada dasarnya menitikberatkan dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya
Model pengolahan informasi dibawah ini ada 4 yaitu:
a. Rational
Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke kesadaran manusia paling banyak melalui indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan alas an tersebut , maka media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual, dan media audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih daripada satu media dalam proses komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia diasarkan atas pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari pada satu media yang menyentuh banyak indera akan membuat proses komunikasi termasuk proses pembelajaran lebih efektif.
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah dalam proses komunikasi, misalnya:
Ditinjau dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan pancaindera, sulit mengungkap kembali, sulit menerima pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari, dsb. Di tinjau dari pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan, ketidak ajegan, dsb. Ditinjau dari pesan atau materi yang disampaiakan, misalnya: materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlau kecil, abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh, dsb.
3. Rasional penggunaan media menurut teori kerucut pengalaman (cone experience)
Idealnya dalam proses pembelajaran, pendidik memberikan pengalaman nyata dan langsung kepada siswa. Semakin nyata, kongkrit dan langsung, semakin mudah pula siswa dapat menangkap materi pelajaran. Namun karena keadaan, tidak selamanya pendidik dapat memberikan pengalaman secara langsung dan nyata. Karena itu sesuai dengan teori kerucut pengalaman karya Edgar Dale, dalam mengajar jika pengalaman langsung tidak mungkin dilaksanakan, maka digunakan tiruan pengalaman, pengalaman yang didramatisaikan, demonstrasi, karya wisata, pameran, televisi pendidikan, gambar hidup, gambar mati, radio dan rekaman, lambang visual, dan lambang verbal.
b. Limited capacity
c. expert
d. cybernetic
 Model interaktif manajemen dalam komunikasi
1.      Confidence
Dalam manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
2.       Immediacy
Ini adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
3.        Interaction management
Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan
4.       Expressiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5.       Other-orientation
Daftar Pustaka :


Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE – Yogyakarta
Winardi, J. 2010.  Manajemen Perubahan. Jakarta :Kencana,
Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat, Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. CIDES. Jakarta.
Soetrisno, Loekman. 1995. Negara dan Peranannya Dalam Menciptakan Pembangunan Desa yang Mandiri.  Dalam Seminar Strategi Pembangunan Pedesaan. UGM-UNWAMA. 1-3 Oktober 1987. Yogyakarta.
 

komunikasi 1

Komunikasi merupakan suatu cara penyampaian informasi dari pemberi informasi kepada sasaran dengan maksud terjadi pemahaman akan isi pesan. Komunikasi adalah proses dengan mana orang yang bekerja dalam organisasi saling mentrasmisikan informasi dan menginterpretasikan artinya.
            Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
            Komunikasi interpersonal di nilai sebagai bentuk komunikasi yang sangat efektif bila
dibandingkan dengan jenis komunikasi yang lain dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Efektifitas komunikasi antar pribadi ini di dasarkan pada kegiatan komunikasi yang berlangsung secara tatap muka antara komunikator dengan komunikan, di mana hal ini dapat memunculkan terjadinya kontak pribadi (personal contact) pada para pelaku komunikasi.
Proses-proses yang terlibat dalam proses komunikasi adalah
sebagai berikut:
a.Pengirim (Sender) atau sumber yang memulai komunikasi. Dalam suatu organisasi,
pengirim mengkomunikasikannya kepada satu atau lebih orang lain.
b.Pengkodean (Encoding). Pengirim mengkodekan informasi yang akan disampaikan
dengan cara menerjemahkan ke dalam serangkaian simbol atau isyarat, biasanya dalam
bentuk kata-kata atau isyarat yang diyakini oleh pengirim akan dintepretasikan oleh
penerima dengan maksud yang sama.
c.Pesan (Message). Pesan adalah bentuk fisik yang digunakan oleh pengirim untuk
mengkodekan informasi. Pesan dapat berupa segala bentuk yang dapat dirasakan atau
diterima oleh satu atau lebih indra penerima.
d.Saluran (Channel) atau kanal. Kanal ialah media yang digunakan untuk menyampaikan
pesan, misalnya udara untuk pesan yang disampaikan dengan kata-kata, atau kertas
untuk pesan yang disampaikan dalam bentuk tulisan. Kanal harus disesuaikan dengan
bentuk pesannya supaya komunikasi dapat dilakukan lebih efisien dan efektif.
e.Penafsiran Kode (Decoding). Penafsiran kode adalah proses dimana penerima
menafsirkan pesan dan menerjemahkannya menjadi informasi yang berarti baginya.
Penafsiran kode dipengaruhi oleh (1) pengalaman masa lalu si penerima, (2)
interprestasi pribadi terhadap simbol atau isyarat yang digunakan, (3) harapan (orang
cenderung mendengarkan apa yang dia ingin dengarkan, serta (4) kesamaan pengertian
arti dengan pengirim.                                                                                     
f.Penerima (Receiver). Penerima adalah orang yang menafsirkan pesan dari pengirim.
g. Gangguan(Noise). Gangguan adalah semua faktor yang mengganggu, membingungkan atau mengacaukan proses komunikasi.
h.Umpan balik (Feedback).
Feedback adalah kebalikan dari proses komunikasi yang menyatakan reaksi terhadap komunikasi dari pengirim. Karena saat itu penerima menjadi pengirim feedback dan pengirim berfungsi sebaliknya, maka feedback tersebut mengalir melalui urutan langkah yang sama dengan sebelumnya, hanya arahnya yang berlainan. 
Hambatan dalam komunikasi
menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah  :
1.      Status effect
        Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2.      Semantic Problems
        Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3.      Perceptual distorsion
        Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4.      Cultural Differences
        Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5.      Physical Distractions
        Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6.      Poor choice of communication channels
        Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7.      No Feed back
        Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.       
 

Daftar Pustaka :

Suharto, Edi, (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung: Refika Aditama
Effendy, O.U., 1996.Sistem Informasi Manajemen.Bandung:Mandar Maju
Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE – Yogyakarta 
Winardi, J. 2010.  Manajemen Perubahan. Jakarta :Kencana,

Konflik

Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau  berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. Konflik bisa juga merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain.
       
            Ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
1.      Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakaanya, bila berbagai permitaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu  diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
2.      Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, dimana jal ini sering diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan kepribadian.
3.      Konflik antara individu dan kelompok yang berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka
4.      Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok
5.      Konflik antar organisasi yang timbul sebagi akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara
PROSES KONFLIK
                        Proses konflik dapat dipandang sebagai proses yang terdiri dari empat macam
tahapan yaitu:
a. Tahap oposisi potensial
Kondisi-kondisi yang menimbulkan peluang-peluang untuk munculnya konflik: komunikasi, struktur dan variabel-variabel pribadi.
b. Tahap kognisi dan personalisasi
Konflik yang dipersepsi secara sadar serta konflik yang dirasakan (keterlibatan emosional) di dalam suatu konflik yang menyebabkan timbulnya perasaan tidak tenang, tegang, frustasi, atau sikap bermusuhan.
c. Tahap perilaku
Perilaku yang dapat diobservasi dan yang dapat diukur: perilaku yang kurang menonjol, perilaku tidak langsung, dan bentuk-bentuk campur tangan yang sangat dikendalikan guna mengarahkan, pertarungan yang agresif, kasar, dan yang tidak terkendalikan.
d. Tahap hasil
Konflik mengakibatkan timbulnya suatu perbaikan dalam kinerja kelompok atau menurunkan kinerja kelompok.
Daftar Pustaka :

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE – Yogyakarta
James L. Gibson,dkk. 1994. Organisasi jilid 2 edisi kelima. Jakarta : Erlangga
Winardi, J. 2010.  Manajemen Perubahan. Jakarta :Kencana,
Reksohadiprodjo, S.  1990. Pengantar Manajemen, Jakarta:  Karunika, Universitas Terbuka,.

Empowerment

Soetrisno (1995:139) mengemukakan bahwa paradigma pemberdayaan (empowerment) ingin mengubah kondisi tersebut dengan cara memberi kesempatan pada kelompok orang miskin untuk merencanakan dan kemudian melaksanakan program pembangunan yang juga mereka pilih sendiri. Kelompok orang miskin ini juga diberi kesempatan untuk mengelola dana pembangunan, baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain.
            Kemudian timbul pertanyaan, apa perbedaan antara model pembangunan partisipatif dengan model pemberdayaan rakyat (empowerment). Perbedaannya terlihat bahwa dalam model pemberdayaan, rakyat miskin tidak hanya aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan program, perencanaan, dan pelaksanaannya tetapi mereka juga menguasai dana pelaksanaan program itu. Sementara dalam model pembangunan yang partisipatif keterlibatan rakyat dalam proses pembangunan hanya sebatas pada pemilikan, perencanaan dan pelaksanaan, sedangkan pemerintah tetap menguasai dana guna mendukung pelaksanaan program tersebut.
            Stres adalah istilah yang datang dari ilmu kedokteran dan secara harfiyah diartikan sebagai tekanan atau ketegangan yang memiliki kecenderungan mengganggu tubuh. Dari sudut pandang psikologi, stres dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang mengganggu manusia untuk beradaptasi atau mengatasi suatu masalah. Stres merupakan reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit, dalam kondisi ini tubuh memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Sebagian besar stres muncul berasal dari pikiran negatif dan rasionalisasi yang salah yang tercipta dalam pikiran individu itu sendiri menurut Lazarus & Lazarus. Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan mengganggu keseimbangan hidup, apabila tidak diatasi dengan baik, maka akan muncul gangguan badan atau jiwa menurut Marami. Noi & Smith menjelaskan stres psikologis merupakan interaksi antara kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan situasi yang menekan. 

Dari titik pandang organisasi, manajemen mungkin tidak peduli bila karyawan mengalami tingkat stres rendah sampai sedang,Alasannya, tingkat semacam itu dapat bersifat fungsional dan mendorong kinerja karyawan yang lebih tinggi. Tetapi tingkat stres yang tinggiatau bahkan tingkat rendah tapi berkepanjangan, dapat mendorong penurunan kinerja karyawan, dan menuntutadanya tindakan dari manjemen.
            Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengelola stres yaitu :
1.      Pendekatan Individu
Karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi
tingkat stresnya. Strategi individu yang terbukti efektif untuk mengatasi
stres yaitu :
a.                   1.Teknik teknik manajemen waktu
b.                   2.Meningkatkan latihan fisik
c.                   3.Pelatihan pengenduran
d.                  4.Dan perluasan jaringan sosial
2.      Pendekatan Organisasi
            Beberapa faktor yang menyebabkan stres yaitu tuntutan tugas, tuntutan
peran dan struktur organisasi yang dikendalikan oleh manajemen. Dengan
demikian faktor faktor ini dapat dimodifikasi atau diubah. Strategi yang
mungkin dilakukan manajemnen untuk mengelola stres yaitu :
1.Perbaikan seleksi karyawan dan penempatan kerja
2.Penggunaan penetapan sasaran yang realistis
 

Daftar Pustaka :


Soetrisno, Loekman. 1995. Negara dan Peranannya Dalam Menciptakan Pembangunan Desa yang Mandiri.  Dalam Seminar Strategi Pembangunan Pedesaan. UGM-UNWAMA. 1-3 Oktober 1987. Yogyakarta.
Lazarus, A. & Lazarus, C. (2005). Staying sane in a crazy world. Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Populer.
Maramis, W. E. (1994). Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat, Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. CIDES. Jakarta.