Senin, 08 April 2013

KESEHATAN MENTAL

KONSEP SEHAT DIMENSI

·         Emosi
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah tertanam melalui mekanisme evolusi. Asal kata emosi adalah movere (bahasa latin) yang berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Menurut kamus “Oxford English Dictionary” mendefenisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Secara umum, para psikolog memfokuskan pendefenisian emosi pada tiga komponen utama: perubahan fisiologis (perubahan pada wajah, otak dan tubuh), proses kognitif (interpretasi suatu peristiwa), dan pengaruh budaya (membentuk pengalaman dan ekspresi emosi). Emosi adalah situasi stimulasi yang melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivasi pada otak, penilaian kognitif, perasaan subjektif, dan kecenderungan melakukan suatu tindakan yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan-peraturan yang terdapat di suatu kebudayaan. 
Emosi digolongkan menjadi 2 yaitu emosi primer dan emosi sekunder.Golongan emosi-emosi primer yang merupakan penggerak dasar tingkah laku.Tingkah laku terwujud dari emosi primer ataupun sekunder (gabungan antara beberapa emosi primer).
Emosi-emosi primer yang berkembang adalah:
o   Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit (sinestesia), berang, tersinggung, bermusuhan, dan brang kali yang paling hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis.
o   Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, putus asa, ditolak, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.
o   Rasa takut: Cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, khawatir, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut, dan sebagai patologi adalah fobia dan panic.
o   Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali, dan batas ujungnya mania
o   Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rsa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
o   Terkejut: terkejut, tersigap, takjub, terpana.
o   Jengkel: hina, jijik, muak, benci, tidak suka, mau muntah (sinestesia).
o   Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.


·         Intelektual
Dikatakan sehat  secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas. Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan.
Perkembangan inteletual dan kognitif merupakan salah satu perkembangan yang ditemukan pada proses pendidikan anak usia dini (PAUD). Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan konsep-konsep yang dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh karena itu perkembangan kognitif seringkali menjadi sinonim dengan perkembangan intelektual.

·         Sosial
Manusia adalah mahluk sosial, selalu berinteraksi dengan lingkungannya, manusia yang sehat mentalnya dia akan berinteraksi dengan masyarakat di sekitarnya. individu tersebut memandang kehidupan secara realita. Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya.mampu untuk bekerja sama


·         Fisik
Dikatakan sehat bila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan apapun. Individu yang memiliki fisik yang sehat, melakukan segala sesuatunya dalam keadaan sadar sehingga individu itu dapat memahami situasi lingkungannya. Jika individu memiliki fisik yang tidak sehat dia akan takut menghadapi keadaan lingkungannya. Contohnya individu yang memiliki ketakutan terhadap serangga, alasan pertamanya adalah untuk menghindari sesuatu  yang berhubungan dengan serangga namun lama kelamaan hal ini akan membuatnya takut terhadap sesuatu yang berhubungan dengan serangga, dan dia menjadi phobia terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan serangga.

·         Spiritual
Sementara orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan id mereka Secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga bisa berpikir rasional. Spiritual yaitu bagaimana kita mengeksplorasi ke dalam diri kita untuk jauh lebih mengenal tentang diri sejati kita dan mereka yang sudah dapat mengenal diri sendiri akan dapat mengenali Tuhannya. Spiritual juga membuat seseorang dapat lebih memahami arti Tuhan utuk dirinya, mengerti hubungannya dengan Tuhannya, dan spiritual juga dapat membantu individu tersebut menenangkan dirinya dari berbagai macam masalah kehidupan yang ada.



 TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Ø  GORDON ALLPORT (Tokoh Psikologi Humanistik)
Allport, salah sorang diantara empat putra seorang dokter, lahir di Indiana pada tahun 1987, tetapi dibesarkan di Cleveland dimana ia mendapat pendidikan awal di sekolah-sekolah negeri. Ia menyelesaikan pelajaran undergraduate-nya di Universitas Harvard pada saat kakaknya, Floyd, menjadi mahasiswa tingkat sarjana (graduate) dalam psikologi pada universitas yang sama. Setelah mendapat gelar sarjana muda pada tahun 1919 dengan mayor ekonomi dan filsafat, Allport selama satu tahun mengajar sosiologi dan bahasa Inggris pada Robert College di Istambul. Kemudian ia kembali ke Harvard dan menyelesaikan Ph.D-nya dalam bidang psikologi pada tahun 1922. Selama 2 tahun berikutnya (tahun 1922 – 1924) ia belajar di Berlin, Hamburg, dan Cambridge (Inggris).
Pengalaman yang luas di luar negeri ini berperanan dalam mengembangkan perhatiannya yang besar terhadap soal-soal internasional dan hal ini nyata sekali dalam kegiatan-kegiatan Allport selama 30 tahun terakhir.Hal tersebut jugalah yang menyebabkan Allport selama satu decade atau lebih menjadi salah seorang juru tafsir utama psikologi Jerman di Amerika. Sekembalinya dari Eropa, ia menerima jabatan sebagai instruktur pada Department of Social Ethick di Universits Harvard. Jadi, disini tampaknya terdapat kontinuitas antara mengajarnya yang pertama di Amerika dengan perhatian Allport yang tetap terhadap masalah-macalah yang mengandung implikasi social etis. Sesudah dua tahun, ia menerima jabatan lector psikologi di Darmouth College, tetapi diundang supaya kembali ke Harvard pada tahun 1930, dimana ia tinggal sampai kematiannya pada tanggal 9 Oktober 1967, sebulan menjelang ulang tahunnya yag ke-70. Setahun sebelum kematiannya.Ia diangkat menjadi Professor Richard Cabot dalam bidang Etika Sosial yang pertama. Allport adalah salah seorang diantara tokoh-tokoh utama dalam gerakan internasional yang mendorong pembentukan Department of Social Relations di Universitas Harvard, dalam rangka mewujudkan integrasi secara sebagian antara psikologi, sosiaologi, dan antropologi.

·         Teori – Teori Allport
Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu ”gambaran kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung”. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasan dari teori Allport.
Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita.
Dalam tori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Freud.
  
Ø  ERIK ERIKSON
Lahir di Frankfurt, Jerman tahun 1902. Anak dari ibu yang beragama yahudi dan ayah yang tidak dikenalnya. Sebagai anak, merasa tidak diterima dalam komunitas Yahudi maupun Arya. Ia Meninggalkan rumah saat berusia 18 tahun dan hidup sebagai seniman yang berkelana, mengembara di Eropa selama 7 tahun.
Di Wina, diperkenaIkan dengan Anna Freud, yang kemudian menjadi psikoanalisnya , lulus dari Vienna Psychoanalytic Institute tanpa sertifikat kedokteran atau gelar perguruan tinggi apapun, ia bekerja di bagian penelitian di sekolah kedokteran Harvard tahun 1933. Ia mempublikasikan buku Childhood and Society tahun 1950, menjadi pengajar di Yale, Berkeley, dan beberapa institusi lainnya dan menjadi Professor perkembangan manusia di Harvard tahun 1960. Meninggal di Cape Cod tahun 1994.
Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan :
Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
Oleh karena itu bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak. Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.

Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
1)      Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun, selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
2)      Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.
3)      Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.

Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
1)      Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun, Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.
2)      Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain dan peningkatan rasa tanggung jawab, mereka yang gagal akan merasakan perasaan bersalah, ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.
3)      Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.

Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)

1)      Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
2)      Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
3)      Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
4)      Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
5)      Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
1)      Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
2)      Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
3)      Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan).
4)      Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa –pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus.
5)      Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai.
6)      Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, tidak menjajaki banyak peran dan jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.

Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
1)      Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
2)      Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
3)      Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi.
4)      Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.

Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
1)      Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun).
2)      Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.
3)      Mereka yang berhasil dalam tahap ini, akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.
4)      Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.

Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
1)      Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun)
2)      Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
3)      Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.
4)      Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa
5)      Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.
6)      Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

Ø  SIGMUND FREUD
Sigmund Freud, lahir di kota kecil Freiberg, Moravia pada tangga; 6 Mei 1856. Ayahnya adalah seorang pedagang wool dengan pemikiran yang maju dan selera humor yang baik. Ibunya, seorang wanita yang aktif dan merupakan istri kedua Ayahnya dengan usia 20 tahun lebih muda. Ibunya, melahirkan anak pertama pada usia 21 tahun, Sigmund. Sigmund sendiri memiliki 2 orang saudara seayah yang lebih tua dan 6 saudara kandung. Pada saat ia berusia 4 atau 5 tahun, keluarganya pindah ke Wina, dimana dia menghabiskan sebagian besar hidupnya.
Sebagai anak cerdas dan selalu mendapat nilai tertinggi di kelasnya, dia melanjutkan pendidikan ke sekolah kedokteran, salah satu pilihan bergengsi bagi anak-anak Yahudi yang pintar kala itu. Semasa kuliah, dia terlibat dalam berbagai penelitian di bawah arahan profesor fisiologis bernama Brucke. Brucke meyakini sebuah konsep yang kemudian sangat populer, mungkin juga radikal, sebuah konsep yang disebut reduksionisme, “Tidak ada kekuatan lain yang aktif di dalam organisme yang hidup selain kekuatan fisika-kimia”. Selama bertahun-tahun, Freud juga berusaha mereduksi kepribadiannya, walaupun akhirnya menyerah.
Freud adalah seorang yang sangat teliti dalam melakukan riset. Dimana fokus utamanya adalah , dia pernah mencoba menciptkan teknik khusus untuk merangsang sel otak. Brucke juga membantunya mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikannya. Pertama, dengan psikiatris terkenal Chacot di Paris, kemudian dengan lawan Brucke, Bernheim di Nancy. Kedua ahli ini sedang mendalami metode hipnotis untuk pengidap histeria.
Setelah beberapa lama membuka praktik neurologi dan direktur sebuah taman kanak-kanak di Berliin, dia kembali ke Wina dan menikah dengan Martha Bernays yang telah bertunangan dengannya beberapa tahun sebelumnya. Di Wina, dia mulai membuka praktik neuropsikiatri dengan bantuan Joseph Breuer.
Buku-buku dan kuliah-kuliah Freud membuat dia tersisihkan dari arus utama kalangan kedokteran kala itu. Dia hanya memiliki beberapa kolega yang bersimpati padanya, yang kemudian menjadi inti dari perkembangan psikoanalisis. Sayangnya, Freud menolak mereka yang tidak sepenuhnya sepakat dengan pendapatnya. Ada yang menganggap ini harus dipisahkan dari prinsip persahabatan, namun ada pula yang mengganggapnya saingan dalam pemikiran.
Freud pindah ke Inggris sesaat sebelum Perang Dunia II, karena Wina sudah tak aman lagi bagi orang Yahudi, khususnya yang terkenal seperti dirinya. Tak lama setelah itu, dia meninggal karena kanker mulut dan rahang yang telah diidapnya selama 20 tahun.
Dasar-Dasar Teori Psikoanalisis :
1)      Dasar kepribadian seseorang diperoleh sejak masa kecil
2)      Kejadian masa kecil/lalu merupakan bagian dari ketidaksadaran
3)      Gangguan jiwa terjadi akibat pertentangan antara id (dorongan intelektual) dan superego (mengikuti aturan norma).
4)      Unconsious           => Sulit muncul dalam kesadaran
5)      Conscious              => Segala sesuatu yang kita sadari
6)      Preconscious         => Segala sesuatu yang sedikit membutuhkan usaha untuk
                                    dibawa ke alam bawah sadar.
Karakteristik Ego :
1)      Paham akan realitas
2)      Sebagai medator antara id dan superego
3)      Berfungsi untuk menunda pemuasan sesuai situasi (reality)

Karakteristik Superego :
1)      Internalisasi nilai dan moral dari lingkungan sosial
2)      Bersifat utopia
3)      Berfungsi merintangi impuls-impuls dari id

Karakteristik Id :
1)      Bekerja menurut The Pleasure Principle (prinsip kesenangan)
2)      Memiliki dua proses yaitu :
Tindakan reflex dan Proses primer (penurunan ketegangan dengan cara membentuk khayalan tentang objek yang dapat menghilangkan ketegangan tersebut).

Insting merupakan representasi psikologis dari kebutuhan ragawi, untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
Karakteristik Insting   :
ü  Sumber            : Kondisi jasmani yang merasakan adanya kekurangan
ü  Tujuan             : Menghilangkan rangsangan atau ketegangan yang dirasakan id dan ego
ü  Objek             : Segala sesuatu yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan atau  meredakan ketegangan seperti benda, tindakan atau kondisi yang dapat memberikan kenikmatan.
ü  Impetus           : Daya, tenaga atau kekuatan yang ditentukan oleh intensitas kebutuhan yang mendasarinya.

Freud mengganti Insting kedalam 2 kategori :
1)      Life insting (Insting Hidup)
contohnya : lapar, haus, sex. Energi dari insting hidup disebut LIBIDO
2)      Death insting (Insting Mati)
ini adalah insting yang merusak (destruktif) salah satunya adalah gerakan agresif.

Jenis-Jenis Kecemasan :
ü  Reality anxiety (Timbul dari bahaya nyata)
ü  Neuritic anxiety (Ketakutan akan hukuman)
ü  Moral anxiety (Timbul jika individu akan atau sudah melanggar norma yang tertanam dalam dirinya/berasal dari kata hati.

Ø  Mekanisme Pertahan Ego
Untuk menghadapi kecemasan yang berlebihan, sistem ego terpaksa mengambil tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu. Tindakan ini disebut mekanisme pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan ego terhadap tekanan kecemasan. Dalam teori Freud, bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yang penting adalah :
a.       Represi : Ini merupakan sarana pertahanan yang bisa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran,

b.      Memungkiri : Ini adalah cara mengacaukan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dilihat seseorang dalam situasi traumatik,

c.       Pembentukan reaksi : Adalah menukar suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan melawannya dalam kesadaran,

d.      Proyeksi : Ini berarti memantulkan sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam diri kita sendiri ke dunia luar,

e.      Penggeseran : Merupakan suatu cara untuk menangani kecemasan dengan menyalurkan perasaan atau impuls dengan jalan menggeser dari objek yang mengancam ke “sasaran yang lebih aman”,

f.        Rasionalisasi : Orang yang menganggap hal-hal yang besar merupakan suatu hal yang kecil, begitupun sebaliknya. Serta dia memberi alasan yang logis untuk merasionalisasikannya. Sublimasi : Ini suatu cara untuk mengalihkan energi seksual kesaluran lain, yang secara sosial umumnya bisa diterima, bahkan ada yang dikagumi,

g.       Regresi : Yaitu berbalik kembali kepada prilaku yang dulu pernah mereka alami,

h.      Introjeksi : Yaitu mekanisme untuk mengundang serta “menelaah” sistem nilai atau standar orang lain,










DAFTAR PUSTAKA
Feist, Jess, & Feist,Gregory J. 2011. Teori kepribadian Edisi 7 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
http://www.e-jurnal.com/hubungan-antara-emosi-motivasi-dan-proses-kognitif/
Siswanto.(2007). Kesehatan Mental : Kesehatan Mental – Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.Yogyakarta: A

Senin, 08 April 2013

KESEHATAN MENTAL

KONSEP SEHAT DIMENSI

·         Emosi
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah tertanam melalui mekanisme evolusi. Asal kata emosi adalah movere (bahasa latin) yang berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Menurut kamus “Oxford English Dictionary” mendefenisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Secara umum, para psikolog memfokuskan pendefenisian emosi pada tiga komponen utama: perubahan fisiologis (perubahan pada wajah, otak dan tubuh), proses kognitif (interpretasi suatu peristiwa), dan pengaruh budaya (membentuk pengalaman dan ekspresi emosi). Emosi adalah situasi stimulasi yang melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivasi pada otak, penilaian kognitif, perasaan subjektif, dan kecenderungan melakukan suatu tindakan yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan-peraturan yang terdapat di suatu kebudayaan. 
Emosi digolongkan menjadi 2 yaitu emosi primer dan emosi sekunder.Golongan emosi-emosi primer yang merupakan penggerak dasar tingkah laku.Tingkah laku terwujud dari emosi primer ataupun sekunder (gabungan antara beberapa emosi primer).
Emosi-emosi primer yang berkembang adalah:
o   Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit (sinestesia), berang, tersinggung, bermusuhan, dan brang kali yang paling hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis.
o   Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, putus asa, ditolak, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.
o   Rasa takut: Cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, khawatir, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut, dan sebagai patologi adalah fobia dan panic.
o   Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali, dan batas ujungnya mania
o   Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rsa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
o   Terkejut: terkejut, tersigap, takjub, terpana.
o   Jengkel: hina, jijik, muak, benci, tidak suka, mau muntah (sinestesia).
o   Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.


·         Intelektual
Dikatakan sehat  secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas. Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan.
Perkembangan inteletual dan kognitif merupakan salah satu perkembangan yang ditemukan pada proses pendidikan anak usia dini (PAUD). Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan konsep-konsep yang dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh karena itu perkembangan kognitif seringkali menjadi sinonim dengan perkembangan intelektual.

·         Sosial
Manusia adalah mahluk sosial, selalu berinteraksi dengan lingkungannya, manusia yang sehat mentalnya dia akan berinteraksi dengan masyarakat di sekitarnya. individu tersebut memandang kehidupan secara realita. Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya.mampu untuk bekerja sama


·         Fisik
Dikatakan sehat bila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan apapun. Individu yang memiliki fisik yang sehat, melakukan segala sesuatunya dalam keadaan sadar sehingga individu itu dapat memahami situasi lingkungannya. Jika individu memiliki fisik yang tidak sehat dia akan takut menghadapi keadaan lingkungannya. Contohnya individu yang memiliki ketakutan terhadap serangga, alasan pertamanya adalah untuk menghindari sesuatu  yang berhubungan dengan serangga namun lama kelamaan hal ini akan membuatnya takut terhadap sesuatu yang berhubungan dengan serangga, dan dia menjadi phobia terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan serangga.

·         Spiritual
Sementara orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan id mereka Secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga bisa berpikir rasional. Spiritual yaitu bagaimana kita mengeksplorasi ke dalam diri kita untuk jauh lebih mengenal tentang diri sejati kita dan mereka yang sudah dapat mengenal diri sendiri akan dapat mengenali Tuhannya. Spiritual juga membuat seseorang dapat lebih memahami arti Tuhan utuk dirinya, mengerti hubungannya dengan Tuhannya, dan spiritual juga dapat membantu individu tersebut menenangkan dirinya dari berbagai macam masalah kehidupan yang ada.



 TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Ø  GORDON ALLPORT (Tokoh Psikologi Humanistik)
Allport, salah sorang diantara empat putra seorang dokter, lahir di Indiana pada tahun 1987, tetapi dibesarkan di Cleveland dimana ia mendapat pendidikan awal di sekolah-sekolah negeri. Ia menyelesaikan pelajaran undergraduate-nya di Universitas Harvard pada saat kakaknya, Floyd, menjadi mahasiswa tingkat sarjana (graduate) dalam psikologi pada universitas yang sama. Setelah mendapat gelar sarjana muda pada tahun 1919 dengan mayor ekonomi dan filsafat, Allport selama satu tahun mengajar sosiologi dan bahasa Inggris pada Robert College di Istambul. Kemudian ia kembali ke Harvard dan menyelesaikan Ph.D-nya dalam bidang psikologi pada tahun 1922. Selama 2 tahun berikutnya (tahun 1922 – 1924) ia belajar di Berlin, Hamburg, dan Cambridge (Inggris).
Pengalaman yang luas di luar negeri ini berperanan dalam mengembangkan perhatiannya yang besar terhadap soal-soal internasional dan hal ini nyata sekali dalam kegiatan-kegiatan Allport selama 30 tahun terakhir.Hal tersebut jugalah yang menyebabkan Allport selama satu decade atau lebih menjadi salah seorang juru tafsir utama psikologi Jerman di Amerika. Sekembalinya dari Eropa, ia menerima jabatan sebagai instruktur pada Department of Social Ethick di Universits Harvard. Jadi, disini tampaknya terdapat kontinuitas antara mengajarnya yang pertama di Amerika dengan perhatian Allport yang tetap terhadap masalah-macalah yang mengandung implikasi social etis. Sesudah dua tahun, ia menerima jabatan lector psikologi di Darmouth College, tetapi diundang supaya kembali ke Harvard pada tahun 1930, dimana ia tinggal sampai kematiannya pada tanggal 9 Oktober 1967, sebulan menjelang ulang tahunnya yag ke-70. Setahun sebelum kematiannya.Ia diangkat menjadi Professor Richard Cabot dalam bidang Etika Sosial yang pertama. Allport adalah salah seorang diantara tokoh-tokoh utama dalam gerakan internasional yang mendorong pembentukan Department of Social Relations di Universitas Harvard, dalam rangka mewujudkan integrasi secara sebagian antara psikologi, sosiaologi, dan antropologi.

·         Teori – Teori Allport
Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu ”gambaran kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung”. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasan dari teori Allport.
Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita.
Dalam tori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Freud.
  
Ø  ERIK ERIKSON
Lahir di Frankfurt, Jerman tahun 1902. Anak dari ibu yang beragama yahudi dan ayah yang tidak dikenalnya. Sebagai anak, merasa tidak diterima dalam komunitas Yahudi maupun Arya. Ia Meninggalkan rumah saat berusia 18 tahun dan hidup sebagai seniman yang berkelana, mengembara di Eropa selama 7 tahun.
Di Wina, diperkenaIkan dengan Anna Freud, yang kemudian menjadi psikoanalisnya , lulus dari Vienna Psychoanalytic Institute tanpa sertifikat kedokteran atau gelar perguruan tinggi apapun, ia bekerja di bagian penelitian di sekolah kedokteran Harvard tahun 1933. Ia mempublikasikan buku Childhood and Society tahun 1950, menjadi pengajar di Yale, Berkeley, dan beberapa institusi lainnya dan menjadi Professor perkembangan manusia di Harvard tahun 1960. Meninggal di Cape Cod tahun 1994.
Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan :
Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
Oleh karena itu bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak. Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.

Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
1)      Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun, selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
2)      Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.
3)      Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.

Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
1)      Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun, Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.
2)      Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain dan peningkatan rasa tanggung jawab, mereka yang gagal akan merasakan perasaan bersalah, ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.
3)      Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.

Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)

1)      Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
2)      Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
3)      Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
4)      Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
5)      Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
1)      Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
2)      Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
3)      Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan).
4)      Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa –pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus.
5)      Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai.
6)      Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, tidak menjajaki banyak peran dan jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.

Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
1)      Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
2)      Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
3)      Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi.
4)      Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.

Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
1)      Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun).
2)      Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.
3)      Mereka yang berhasil dalam tahap ini, akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.
4)      Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.

Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
1)      Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun)
2)      Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
3)      Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.
4)      Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa
5)      Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.
6)      Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

Ø  SIGMUND FREUD
Sigmund Freud, lahir di kota kecil Freiberg, Moravia pada tangga; 6 Mei 1856. Ayahnya adalah seorang pedagang wool dengan pemikiran yang maju dan selera humor yang baik. Ibunya, seorang wanita yang aktif dan merupakan istri kedua Ayahnya dengan usia 20 tahun lebih muda. Ibunya, melahirkan anak pertama pada usia 21 tahun, Sigmund. Sigmund sendiri memiliki 2 orang saudara seayah yang lebih tua dan 6 saudara kandung. Pada saat ia berusia 4 atau 5 tahun, keluarganya pindah ke Wina, dimana dia menghabiskan sebagian besar hidupnya.
Sebagai anak cerdas dan selalu mendapat nilai tertinggi di kelasnya, dia melanjutkan pendidikan ke sekolah kedokteran, salah satu pilihan bergengsi bagi anak-anak Yahudi yang pintar kala itu. Semasa kuliah, dia terlibat dalam berbagai penelitian di bawah arahan profesor fisiologis bernama Brucke. Brucke meyakini sebuah konsep yang kemudian sangat populer, mungkin juga radikal, sebuah konsep yang disebut reduksionisme, “Tidak ada kekuatan lain yang aktif di dalam organisme yang hidup selain kekuatan fisika-kimia”. Selama bertahun-tahun, Freud juga berusaha mereduksi kepribadiannya, walaupun akhirnya menyerah.
Freud adalah seorang yang sangat teliti dalam melakukan riset. Dimana fokus utamanya adalah , dia pernah mencoba menciptkan teknik khusus untuk merangsang sel otak. Brucke juga membantunya mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikannya. Pertama, dengan psikiatris terkenal Chacot di Paris, kemudian dengan lawan Brucke, Bernheim di Nancy. Kedua ahli ini sedang mendalami metode hipnotis untuk pengidap histeria.
Setelah beberapa lama membuka praktik neurologi dan direktur sebuah taman kanak-kanak di Berliin, dia kembali ke Wina dan menikah dengan Martha Bernays yang telah bertunangan dengannya beberapa tahun sebelumnya. Di Wina, dia mulai membuka praktik neuropsikiatri dengan bantuan Joseph Breuer.
Buku-buku dan kuliah-kuliah Freud membuat dia tersisihkan dari arus utama kalangan kedokteran kala itu. Dia hanya memiliki beberapa kolega yang bersimpati padanya, yang kemudian menjadi inti dari perkembangan psikoanalisis. Sayangnya, Freud menolak mereka yang tidak sepenuhnya sepakat dengan pendapatnya. Ada yang menganggap ini harus dipisahkan dari prinsip persahabatan, namun ada pula yang mengganggapnya saingan dalam pemikiran.
Freud pindah ke Inggris sesaat sebelum Perang Dunia II, karena Wina sudah tak aman lagi bagi orang Yahudi, khususnya yang terkenal seperti dirinya. Tak lama setelah itu, dia meninggal karena kanker mulut dan rahang yang telah diidapnya selama 20 tahun.
Dasar-Dasar Teori Psikoanalisis :
1)      Dasar kepribadian seseorang diperoleh sejak masa kecil
2)      Kejadian masa kecil/lalu merupakan bagian dari ketidaksadaran
3)      Gangguan jiwa terjadi akibat pertentangan antara id (dorongan intelektual) dan superego (mengikuti aturan norma).
4)      Unconsious           => Sulit muncul dalam kesadaran
5)      Conscious              => Segala sesuatu yang kita sadari
6)      Preconscious         => Segala sesuatu yang sedikit membutuhkan usaha untuk
                                    dibawa ke alam bawah sadar.
Karakteristik Ego :
1)      Paham akan realitas
2)      Sebagai medator antara id dan superego
3)      Berfungsi untuk menunda pemuasan sesuai situasi (reality)

Karakteristik Superego :
1)      Internalisasi nilai dan moral dari lingkungan sosial
2)      Bersifat utopia
3)      Berfungsi merintangi impuls-impuls dari id

Karakteristik Id :
1)      Bekerja menurut The Pleasure Principle (prinsip kesenangan)
2)      Memiliki dua proses yaitu :
Tindakan reflex dan Proses primer (penurunan ketegangan dengan cara membentuk khayalan tentang objek yang dapat menghilangkan ketegangan tersebut).

Insting merupakan representasi psikologis dari kebutuhan ragawi, untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
Karakteristik Insting   :
ü  Sumber            : Kondisi jasmani yang merasakan adanya kekurangan
ü  Tujuan             : Menghilangkan rangsangan atau ketegangan yang dirasakan id dan ego
ü  Objek             : Segala sesuatu yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan atau  meredakan ketegangan seperti benda, tindakan atau kondisi yang dapat memberikan kenikmatan.
ü  Impetus           : Daya, tenaga atau kekuatan yang ditentukan oleh intensitas kebutuhan yang mendasarinya.

Freud mengganti Insting kedalam 2 kategori :
1)      Life insting (Insting Hidup)
contohnya : lapar, haus, sex. Energi dari insting hidup disebut LIBIDO
2)      Death insting (Insting Mati)
ini adalah insting yang merusak (destruktif) salah satunya adalah gerakan agresif.

Jenis-Jenis Kecemasan :
ü  Reality anxiety (Timbul dari bahaya nyata)
ü  Neuritic anxiety (Ketakutan akan hukuman)
ü  Moral anxiety (Timbul jika individu akan atau sudah melanggar norma yang tertanam dalam dirinya/berasal dari kata hati.

Ø  Mekanisme Pertahan Ego
Untuk menghadapi kecemasan yang berlebihan, sistem ego terpaksa mengambil tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu. Tindakan ini disebut mekanisme pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan ego terhadap tekanan kecemasan. Dalam teori Freud, bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yang penting adalah :
a.       Represi : Ini merupakan sarana pertahanan yang bisa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran,

b.      Memungkiri : Ini adalah cara mengacaukan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dilihat seseorang dalam situasi traumatik,

c.       Pembentukan reaksi : Adalah menukar suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan melawannya dalam kesadaran,

d.      Proyeksi : Ini berarti memantulkan sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam diri kita sendiri ke dunia luar,

e.      Penggeseran : Merupakan suatu cara untuk menangani kecemasan dengan menyalurkan perasaan atau impuls dengan jalan menggeser dari objek yang mengancam ke “sasaran yang lebih aman”,

f.        Rasionalisasi : Orang yang menganggap hal-hal yang besar merupakan suatu hal yang kecil, begitupun sebaliknya. Serta dia memberi alasan yang logis untuk merasionalisasikannya. Sublimasi : Ini suatu cara untuk mengalihkan energi seksual kesaluran lain, yang secara sosial umumnya bisa diterima, bahkan ada yang dikagumi,

g.       Regresi : Yaitu berbalik kembali kepada prilaku yang dulu pernah mereka alami,

h.      Introjeksi : Yaitu mekanisme untuk mengundang serta “menelaah” sistem nilai atau standar orang lain,










DAFTAR PUSTAKA
Feist, Jess, & Feist,Gregory J. 2011. Teori kepribadian Edisi 7 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
http://www.e-jurnal.com/hubungan-antara-emosi-motivasi-dan-proses-kognitif/
Siswanto.(2007). Kesehatan Mental : Kesehatan Mental – Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.Yogyakarta: A